Mentari sore semburat jingga di ufuk barat. Di sebuah taman kota, seorang gadis kecil bernama Aisyah duduk di ayunan, wajahnya muram. Di tangannya, ia genggam boneka usang, satu-satunya teman bermainnya. Hari ini adalah hari ulang tahunnya yang ke-7, tapi tak ada pesta, tak ada kado, tak ada ucapan selamat. Ibunya bekerja keras sebagai buruh cuci, sementara ayahnya telah lama tiada.
Samudera Nikmat yang Terlupakan: Merenungi Panggilan Hati dalam Surah Ar-Rahman Ayat 13 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم Di antara hamparan permadani ayat-ayat suci Al-Qur'an, terdapat sebuah surah yang dijuluki 'Arus Al-Qur'an , Sang Pengantin Al-Qur'an. Dialah Surah Ar-Rahman, surah ke-55 yang namanya diambil dari salah satu Asmaul Husna terindah, Ar-Rahman, Yang Maha Pengasih. Keindahan surah ini tidak hanya terletak pada pilihan katanya yang puitis dan ritmenya yang menghentak jiwa, tetapi juga pada pesan sentralnya yang menggugah kesadaran: pengakuan akan limpahan nikmat Allah SWT yang tiada terhingga. Puncak dari penggugahan kesadaran itu terangkum dalam sebuah ayat yang diulang tidak kurang dari 31 kali, laksana detak jantung yang terus mengingatkan, laksana panggilan lembut namun tegas yang menembus tirai kelalaian. Ayat ke-13: فَبِأَيِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ Fabiayyi aalaa'i Rabbikumaa tukadzdzibaan "Maka nikmat Tuhanmu yang manakah y...
.png)
Komentar